Selasa, 27 Oktober 2009

Damien de Veuster

Damien menulis surat kepada saudaranya Pamphile sewaktu ia melayani para penderita kusta, di Pulau Molokai. Surat-surat tersebut mengingatkannya bahwa ia dilahirkan dan dibesarkan di tempat yang jauh berbeda dengan lingkungan, iklim dan orang-orang yang dilayaninya saat itu. Namun, banyak pengalaman yang dia miliki di masa kecilnya pasti merupakan sumber kekuatan yang besar baginya.
Hidupnya dimulai di desa Tremeloo tidak jauh dari Louvain di Belgia. Ia lahir pada tanggal 3 Januari 1840 dan merupakan anak ketujuh dalam keluarga dari delapan bersaudara. Orangtuanya, Frans dan Anne de Veuster adalah keluarga petani dan menikmati hidup yang moderat. Keluarga tersebut adalah keluarga yang hangat di mana anak-anak tumbuh di lingkungan religius yang kuat. Empat dari delapan anak tersebut memasuki kehidupan religius. Yosep atau "Jef" seperti sebutannya di keluarga, masih berusia lima tahun ketika kakak sulungnya Eugenie, bergabung dengan Kongregasi Suster-Suster Ursuline tetapi meninggal enam tahun kemudian karena epidemi Tifus. Pauline kakaknya memutuskan untuk mengambil alih (menggantikan) tempatnya dan bergabung dengan Kongregasi tersebut.
Selain pandai berolahraga, ada juga sisi lain dari si Yosep: suatu hari ia menghilang. Orang tuanya khawatir dan menggeledah setiap tempat untuk mencari dia dan akhirnya menemukan dirinya tenggelam dalam doa di gereja setempat. Kemudian hari ia mengambil moto "keheningan, rekoleksi dan doa". Moto itu bahkan diukir di atas meja belajarnya. Jadi, walaupun ia adalah seorang anak laki-laki, ia penuh cinta dan senang menikmati kesendirian di kali. Bahkan tetangganya menyebutnya "Si Jef yang tenang" meskipun fakta bahwa ia adalah seorang anak muda yang ramah dengan semua orang.
Dia meninggalkan sekolah pada usia tiga belas dan bekerja dengan Ayahnya di pertanian. Dalam waktu luangnya ia membantu seorang pandai besi desa yang juga adalah penggali kuburan setempat. Keterampilan ini sangat berguna nanti dalam hidupnya sebagai misionaris dan terutama dalam merawat jemaatnya di Molokai. Dia sangat menikmati waktu menonton sekawanan domba keluarganya. Cintanya pada binatang dan alam dan tidak mementingkan diri sendiri sangat nampak ketika ia tetap terjaga pada malam hari untuk mengurus sapi tetangga tua yang sakit.

Ketika dia berumur enam belas tahun, ayahnya memutuskan bahwa ia harus melanjutkan pendidikan untuk pemasaran agar mengelola bisnis keluarga lebih baik. Ini berarti bahwa ia harus pergi ke wilayah yang berbahasa Perancis (Walloon) bagian dari Belgia, yakni di Braine-le-Compt di Hainault. Meskipun ia tak pernah jauh dari rumah sebelumnya dan tidak bisa berbicara bahasa Prancis dengan baik ia menetap juga di sana dan segera belajar bahasa.
Di sinilah ia mengikuti sebuah retret yang diselenggarakan oleh Kongregasi Redemptorist dan mendengar panggilan dari Allah untuk hidup religius. Mula-mula ia ingin menjadi seorang Rahib Trappist. Keheningan-lah yang mungkin menjadi daya tariknya. Orangtuanya terkejut dengan keputusan ini karena mereka selalu berpikir Pamphile adalah seorang anak yang lebih cocok menjadi imam (daripada dia). Namun dengan bantuan dari pastor paroki dan saudaranya itu (Pamphile), ia memasuki Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria (SS.CC). Karena dia tidak belajar bahasa Latin maka dia diterima sebagai calon bruder. Tetapi dengan bantuan Pamphile ia belajar dan menunjukkan tekadnya untuk belajar bahasa Latin.

Pamphile membuat pendekatan dengan atasan dari seminari dan mereka setuju untuk menerima dia sebagai calon imam. Pada tahun 1858 pada usia delapan belas tahun ia masuk ke Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria dan delapan belas bulan kemudian ia mulai studi imamatnya dan mengambil nama Damien, seorang kudus dan seorang dokter dari abad keempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar